Perjalanan penuh
keceriaan dan keringat ..
Berangkat
dari rumah dengan membawa tas yang sangat penuh dengan perbekalan untuk
membantu korban bencana gunung kelud. Berangkat dari rumah jam 6.10 pagi,
diantar oleh ayah. Setelah sampai di sekolah tas dan perbekalan lainnya aku
taruh di sanggar pramuka dengan tas – tas lain milik teman-temanku. Karena
kurangnya persiapan sehingga banyak yang pulang untuk mengambil perbekalan
untuk berkemah. Pada saat itu adalah
hari Sabtu yang bertepatan dengan latihan rutin pramuka. Sebelum berangkat kai mengadakan apel dahulu
pada jam 10.00 pagi yang suasananya mendung.
Tanggal
22 pebruari 2014 perjalanan pun dimulai. Tetapi pada saat perjalanan tiba-tiba
kami harus satu truk dengan kontingen dari SMKN 1 Turen. Setelah menunggu agak
lama ahirnya perjalanan pun berlanjut dengan kondisi truk yang semakin sempit
dan panas.
Saat
perjalanan aku dan teman-teman tertawa riang, tiba-tiba truk berhenti. Ketika
kulihat ternyata aku berada di depan kantor kwartir cabang Kabupaten Malang.
Semua penumpang truk disuruh turun
ketika truk berada di depan kwarcab Kabupaten Malang. setelah semua turun kami
dibariskan oleh Kak Andika selaku perwakilan. Setelah barisan rapi kami
mendapat sedikit info tentang kondisi daerah yang terkena dampak letusan gunung
kelud oleh Kak Dakeli Arif, S.Pd , M.Pd
selaku perwakilan yang akan mendampingi kontingen penolong kwarcab Kabupaten
Malang dari sekolah SMAN 1 Turen dan SMKN 1 Turen.
Perjalanan berlanjut, banyak dari anggota kami yang mulai berpindah
tempat menuju mobil dari perwakilan Kwarcab Kabupaten Malang sehingga, truk
terasa lebih longgar dan tidak panas lagi.
Di dalam
truk terjadi hal-hal baru terjadi disini. Seperti perkenalan dan bertukar pengalaman
dengan sekolah lain. Dengan hal ini membuat ku merasa sangat senang karena
banyak hal baru yang bisa aku dapatkan dengan teman baru. Canda dan tawa mulai
menyelimuti seiring perjalananku. Tiada lagi rasa resah dan gundah ketika
bersama dengan semua teman-temanku.
Sepanjang
perjalanan yang panjang dan melelahkan diiringi dengan semangat yang
menggebu-nggebu dan canda tawa mengiringi perjalanan tiba-tiba, mulai tercium
bau yang sangat menyesakkan paru-paru. Sehingga aku agak sesak nafas. Karena
aku sesak nafas sepanjang perjalanan aku menggunakan masker kesayanganku yang
bergambar monyet dengan warna biru yang sangat aku sukai. Setelah perjalanan
selesai aku turun di Desa Nggantang, kecamatan Pujon. Kami semua yang ikut
menjadi sukarelawan langsung diturunkan di depan masjid yang ada di desa
tersebut. Kami langsung menunaikan sholat dhuhur yang dijama’ dengan sholat ashar. Usai
menunaikan ibadah sholat, kami semua langsung membersihkan abu vulkanik pasca erupsi
Gunung Kelud yang tercecer di sekitar masjid dan rumah – rumah penduduk. Saat
membersihkan abu vulkanik yang tebalnya kurang lebih 7 Cm dari tanah, kami
sempatkan untuk mempererat kita dengan satu anggota gugus depan atau dengan
gugus depan lain. Disela-sela rasa letih yang luar biasa, aku mencoba bercanda
dengan teman – teman sepangkalan atau dari pangkalan lain untuk bergabung
menjadikan satu kesatuan yang kokoh.
Waktu
terus berjalan dan rasa lapar mulai terasa, sehingga kami semua harus makan
dahulu sebelum melanjutkan aktivitas yang lain. Kami semua makan dengan lahap
meskipun makanannya sederhana tetapi terasa nikmat karena kita semua memakannya
dengan teman-teman.
Hari
semakin sore tetapi semangat tetap seperti semangatku dipagi hari yang selalu
ceria. Keceriaan ini terus berlanjut dengan hal-hal yang lucu seperti, canda
kita bersama, bermain pasir, dan masih banyak keseruan yang lain.
Ditengah-tengah pekerjaan, tiba-tiba turun hujan yang sangat deras,
sehingga teman-teman banyak yang lari berhamburan dan juga ada yang masih tetap
bertahan walaupun hujan berlangsung. Aku memilih untuk tetap bertahan walaupun
hujan mengguyur badanku habis-habisan. Tak lagi terasa dinginnya air hujan
seperti yang pernah kurasakan ketika aku di Coban Rondo, Kecamatan Pujon. Semua
berhenti ketika kami disuruh pembina untuk berkumpul dan berteduh agar kami
tidak sakit. Waktu berteduh banyak cerita-cerita dari teman-teman yang
menggelitikku hingga aku tak dapat berhenti untuk tertawa selebar-lebarnya.
Usai
hujan reda, waktu sudah menunjukkan waktu magrib. Kami seua berbondong-bondong
memasuki masjid alangkah malangnya, aku kehabisan air wudhu’ untuk aku bersuci
sebelum sholat. Aku kebinggungan mencari air bersih untuk berwudhu’, hingga
ahirnya aku memutuskan untuk wudhu’ dengan debu dinding-dinding di
musholah. Kai semua menjama’ sholat
magrib dan isya’ karena kami tidak jadi berkemah karena jalannya yang licin dan
berbahaya sehingga, kami dipulangkan dan tidak jadi kerja bakti lagi untuk
besok.
Hujan
kembali mengguyur Desa Nggantang, dengan hujan yang deras kami tetap akan
kembali dan meninggalkan segudang cerita di desa ini. Ketika packing sudah
selesai, semua langsung naik ke dalam truk. Suasana semping kembali terulang
pada truk kami. Tiba-tiba salah satu teman kami ada yang sakit sehingga, kami
harus menolongnya. Ahirnya ia dipindahkan dari bak truk setelah keadaannya
mulai membaik.
Di dalam
truk semua merasakan lelah dan penat seharian yang membuat keringat bukan lagi
menetes, tetapi menggalir. Ketika langsung masuk truk banyak yang langsung
tidur tetapi juga ada yang masih bernyayi-nyayi untuk menbuang jenuh dan
mengusir keheningan dikala malam menjelang.
Di dalam
truk bukan hanya lagu pop atau dangdut yang kita lantunkan, tetapi lagu pramuka
dan lagu nasional yang kita nyayikan untuk mengusir keheningan malam. Hampir
semua lagu yang aku kenal aku dengarkan kecuali yel-yel dari SMAN 1 Turen dan
yel-yel SMKN 1 Turen. Aku berfikir, mungkin hal itu tidak ditunjukkan agar
tidak terjadi perselisihan karena yel-yel.
Aku tertidur dengan lelap dan diiringi
dengan gelap malam dan bintang-bintang bercahaya di langit bersama dengan
lagu-lagu nyanyian teman-teman yang menjadi pengiring tidurku yang lelap. Tak
terasa tiba-tiba truk berhenti di depan SMKN 1 Turen. Teman-teman dari SMKN 1 Turen satu-persatu turun denagn
membawa barang-barangnya menuju gerbang sekolahnya. Perpisahan ini membawa
segudang pengalaman dan keceriaan di dalam truk maupun di tempat kami bergotong
royong. Setelah semua barang dan teman-teman dari SMKN 1 Turen turun, kami
langsung menyanyikan Mars SMA dan hyme SMA dengan lantang untuk membuktikan
bahwa kami meskipun tengah malam tetapi semangat tetap pagi. Ketika truk mulai
masuk gerbang bumi Mitreka Eka Praya kami langsung turun dan mengambil barang-barang
dan ahirnya pulang.