Sabtu, 03 Mei 2014

Cinta sebatas roda truk

Perjalanan penuh keceriaan dan keringat ..
     Berangkat dari rumah dengan membawa tas yang sangat penuh dengan perbekalan untuk membantu korban bencana gunung kelud. Berangkat dari rumah jam 6.10 pagi, diantar oleh ayah. Setelah sampai di sekolah tas dan perbekalan lainnya aku taruh di sanggar pramuka dengan tas – tas lain milik teman-temanku. Karena kurangnya persiapan sehingga banyak yang pulang untuk mengambil perbekalan untuk  berkemah. Pada saat itu adalah hari Sabtu yang bertepatan dengan latihan rutin pramuka.  Sebelum berangkat kai mengadakan apel dahulu pada jam 10.00 pagi yang suasananya mendung.
     Tanggal 22 pebruari 2014 perjalanan pun dimulai. Tetapi pada saat perjalanan tiba-tiba kami harus satu truk dengan kontingen dari SMKN 1 Turen. Setelah menunggu agak lama ahirnya perjalanan pun berlanjut dengan kondisi truk yang semakin sempit dan panas.
     Saat perjalanan aku dan teman-teman tertawa riang, tiba-tiba truk berhenti. Ketika kulihat ternyata aku berada di depan kantor kwartir cabang Kabupaten Malang. Semua  penumpang truk disuruh turun ketika truk berada di depan kwarcab Kabupaten Malang. setelah semua turun kami dibariskan oleh Kak Andika selaku perwakilan. Setelah barisan rapi kami mendapat sedikit info tentang kondisi daerah yang terkena dampak letusan gunung kelud oleh Kak Dakeli Arif,  S.Pd , M.Pd selaku perwakilan yang akan mendampingi kontingen penolong kwarcab Kabupaten Malang dari sekolah SMAN 1 Turen dan SMKN 1 Turen.
      Perjalanan berlanjut, banyak dari anggota kami yang mulai berpindah tempat menuju mobil dari perwakilan Kwarcab Kabupaten Malang sehingga, truk terasa lebih longgar dan tidak panas lagi.
     Di dalam truk terjadi hal-hal baru terjadi disini. Seperti perkenalan dan bertukar pengalaman dengan sekolah lain. Dengan hal ini membuat ku merasa sangat senang karena banyak hal baru yang bisa aku dapatkan dengan teman baru. Canda dan tawa mulai menyelimuti seiring perjalananku. Tiada lagi rasa resah dan gundah ketika bersama dengan semua teman-temanku.
     Sepanjang perjalanan yang panjang dan melelahkan diiringi dengan semangat yang menggebu-nggebu dan canda tawa mengiringi perjalanan tiba-tiba, mulai tercium bau yang sangat menyesakkan paru-paru. Sehingga aku agak sesak nafas. Karena aku sesak nafas sepanjang perjalanan aku menggunakan masker kesayanganku yang bergambar monyet dengan warna biru yang sangat aku sukai. Setelah perjalanan selesai aku turun di Desa Nggantang, kecamatan Pujon. Kami semua yang ikut menjadi sukarelawan langsung diturunkan di depan masjid yang ada di desa tersebut. Kami langsung menunaikan sholat dhuhur  yang dijama’ dengan sholat ashar. Usai menunaikan ibadah sholat, kami semua langsung membersihkan abu vulkanik pasca erupsi Gunung Kelud yang tercecer di sekitar masjid dan rumah – rumah penduduk. Saat membersihkan abu vulkanik yang tebalnya kurang lebih 7 Cm dari tanah, kami sempatkan untuk mempererat kita dengan satu anggota gugus depan atau dengan gugus depan lain. Disela-sela rasa letih yang luar biasa, aku mencoba bercanda dengan teman – teman sepangkalan atau dari pangkalan lain untuk bergabung menjadikan satu kesatuan yang kokoh.
      Waktu terus berjalan dan rasa lapar mulai terasa, sehingga kami semua harus makan dahulu sebelum melanjutkan aktivitas yang lain. Kami semua makan dengan lahap meskipun makanannya sederhana tetapi terasa nikmat karena kita semua memakannya dengan teman-teman.
     Hari semakin sore tetapi semangat tetap seperti semangatku dipagi hari yang selalu ceria. Keceriaan ini terus berlanjut dengan hal-hal yang lucu seperti, canda kita bersama, bermain pasir, dan masih banyak keseruan yang lain.
     Ditengah-tengah pekerjaan, tiba-tiba turun hujan yang sangat deras, sehingga teman-teman banyak yang lari berhamburan dan juga ada yang masih tetap bertahan walaupun hujan berlangsung. Aku memilih untuk tetap bertahan walaupun hujan mengguyur badanku habis-habisan. Tak lagi terasa dinginnya air hujan seperti yang pernah kurasakan ketika aku di Coban Rondo, Kecamatan Pujon. Semua berhenti ketika kami disuruh pembina untuk berkumpul dan berteduh agar kami tidak sakit. Waktu berteduh banyak cerita-cerita dari teman-teman yang menggelitikku hingga aku tak dapat berhenti untuk tertawa selebar-lebarnya.
     Usai hujan reda, waktu sudah menunjukkan waktu magrib. Kami seua berbondong-bondong memasuki masjid alangkah malangnya, aku kehabisan air wudhu’ untuk aku bersuci sebelum sholat. Aku kebinggungan mencari air bersih untuk berwudhu’, hingga ahirnya aku memutuskan untuk wudhu’ dengan debu dinding-dinding di musholah.  Kai semua menjama’ sholat magrib dan isya’ karena kami tidak jadi berkemah karena jalannya yang licin dan berbahaya sehingga, kami dipulangkan dan tidak jadi kerja bakti lagi untuk besok.
   Hujan kembali mengguyur Desa Nggantang, dengan hujan yang deras kami tetap akan kembali dan meninggalkan segudang cerita di desa ini. Ketika packing sudah selesai, semua langsung naik ke dalam truk. Suasana semping kembali terulang pada truk kami. Tiba-tiba salah satu teman kami ada yang sakit sehingga, kami harus menolongnya. Ahirnya ia dipindahkan dari bak truk setelah keadaannya mulai membaik.
      Di dalam truk semua merasakan lelah dan penat seharian yang membuat keringat bukan lagi menetes, tetapi menggalir. Ketika langsung masuk truk banyak yang langsung tidur tetapi juga ada yang masih bernyayi-nyayi untuk menbuang jenuh dan mengusir keheningan dikala malam menjelang.
    Di dalam truk bukan hanya lagu pop atau dangdut yang kita lantunkan, tetapi lagu pramuka dan lagu nasional yang kita nyayikan untuk mengusir keheningan malam. Hampir semua lagu yang aku kenal aku dengarkan kecuali yel-yel dari SMAN 1 Turen dan yel-yel SMKN 1 Turen. Aku berfikir, mungkin hal itu tidak ditunjukkan agar tidak terjadi perselisihan karena yel-yel. 

     Aku tertidur dengan lelap dan diiringi dengan gelap malam dan bintang-bintang bercahaya di langit bersama dengan lagu-lagu nyanyian teman-teman yang menjadi pengiring tidurku yang lelap. Tak terasa tiba-tiba truk berhenti di depan SMKN 1 Turen. Teman-teman  dari SMKN 1 Turen satu-persatu turun denagn membawa barang-barangnya menuju gerbang sekolahnya. Perpisahan ini membawa segudang pengalaman dan keceriaan di dalam truk maupun di tempat kami bergotong royong. Setelah semua barang dan teman-teman dari SMKN 1 Turen turun, kami langsung menyanyikan Mars SMA dan hyme SMA dengan lantang untuk membuktikan bahwa kami meskipun tengah malam tetapi semangat tetap pagi. Ketika truk mulai masuk gerbang bumi Mitreka Eka Praya kami langsung turun dan mengambil barang-barang dan ahirnya pulang.