Misteri
Seorang Gamers
Judul : misteri seorang gamers
Genre : Misteri
Author : Safira Fausta Ramadhani
Pagi yang begitu indah
seperti biasanya, aku pergi ke sekolah dengan mengendarai sepeda bersama Fian. Bel sekolah berbunyi menandakan masuk sekolah. Dari bel inilah
yang membuatku merasa bakal menjadi hal yang paling menjenuhkan dalam hidupku. Dimulai
dengan pelajaran olahraga yang sama sekali kurang aku minati dan itu juga yang
membuatku menjadi lemah. Aku kurang suka olahraga karena aku tidak suka lari,
aku tidak suka lari karena aku payah dalam pernafasan. “ hari ini bakal cukup
sulit untukku, setelah olahraga aku harus bertemu matematika peminatan, hufft”
aku mendesah dalam hati. Setelah pelajaran olahraga beralih ke pelajaran
matematika yang membosankan hingga aku tertidur di kelas.
Bel pulang berbunyi, aku yang duduk di depan perpustakaan
dengan membaca buku melihat Eva berlari ke arahku. “Gawat Ka, ada seorang
pencuri di sekolah ini, laptop milik Rico hilang” Eva mengatakan padaku dengan
pernafasan teresenggal-senggal. “sekarang Rico dimana?” aku langsung berdiri
dan pergi dengan membawa bukuku untuk menemui Rico. Rico berada di kelas XI-MIA
3, jarak perpustakaan dengan kelas Rico lumayan jauh dan memakan banyak
energiku yang harusnya aku hemat. Rico terlihat sedang binggung mencari
sesuatu, keadaan sekolah saat ini sedang sepi karena semua kegiatan sudah
pulang.
“Rico, kapan kejadian laptop kamu hilang?” aku menanyakan
sebagai pembuka pembicaraan. “tadi aku taruh laptop itu di dalam tasku, tasku
awalnya berada di samping tas milik Revan, di dalam tas Revan juga ada laptop,
tetapi laptop milik Revan tidak hilang hanya saja tas milik Revan terbuka” Rico
mencoba menjelaskan panjang lebar kepadaku. “Rico, bolehkah aku meminjam tas
milikmu?” kemudian Rico memberikan tasnya kepadaku dan aku melihat ada uang
koin lima ratus dalam tas itu. “Rico,
apakah ini uangmu?” aku memegang uang itu dan bertanya kepada Rico. “bukan, itu
sepertinya milik pencuri yang tidak sengaja jatuh kedalam tasku”. Setelah itu
aku pergi dengan Eva meninggalkan Rico.
“kenapa kamu pergi ka” bukannya masalah ini belum selesai,
atau mungkin kamu tidak mau membantu Rico?” Eva tampak binggung dengan
kelakuanku yang tiba-tiba meninggalkan Rico. Aku hanya diam dan mencari tempat
duduk untuk berfikir. “Va, apakah tadi ada pramuka, dan Rico sedang kegiatan
pramuka kan?” aku menatap Eva dengan wajah serius setelah aku duduk di dalam
ruang klub. “iya, tadi ada kegiatan rutin pramuka dan kebetulan Rico juga ikut,
kemungkinan hilangnya laptop itu ketika Rico sedang berada dalam kegiatan”. Setelah
mendengar kata-kata itu berarti bisa ditarik kesimpulan bahwa yang melakukan
adalah anak kelas sebelas, kecuali kelas akselerasi atau BI yang tidak ada
jadwal pramuka hari ini. Aku masih memegang uang lima ratus koin itu yang
ditemukan dalan tas Rico.
“hmm, kenapa hanya laptop milik Rico yang hilang, mengapa
laptop milih Revan tidak hilang?” aku bertanya dalam hati. Berarti bisa
disimpulkan bahwa si pencuri tidak mau ambil resiko karena kesulitan membawa
dua laptop atau mungkin dia mempunyai perasaan dendam atau iri terhadap Rico. Eva
tiba-tiba menggagetkanku karena melihat wajahku yang sangat serius sekali. “apakah
selama ini Rico pernah bermasalah dengan
seseorang atau punya musuh gak menurutmu?” aku mencoba bertanya ke Eva. “kayaknya
nggak punya Ka, Rico nggak mungkin punya musuh, dia dikenal baik oleh siapapun
di sekolah ini. Oh ya Ka, aku mau pulang dulu ya, ini udah sore” Eva berpamitan
kepadaku dan ahirnya pergi meninggalkan aku. Tiba-tiba di balik pintu muncul
Fian, dan mendekat ke arahku. “hey Ka, ayo kita pulang. Aku udah selesai di
kegiatan klub, saatnya kita pulang” Fian adalah temanku, aku dan Fian berteman
mulai kecil, setiap hari aku pulang bersama Fian dengan sepedanya, setiap ada
kegiatan klub atau ekstra salah satu dari kita harus menunggu sampai selesai
kegiatannya, kebetulan Fian ketua klub sastra sehingga pulangnya paling ahir
dibandingkan dengan yang lainnya.
“Fian, hari ini ada kejadian pencurian di kelas XI-MIA 3,
korbannya Rico” aku ingin berbagi cerita kepada Fian saat perjalan pulang. “memangnya
kenapa kok bisa hilang?” Fian bertanya kepadaku dengan tetap fokus mengendarai
sepedanya. “aku sendiri masih cari tau dengan masalah ini, ah sudahlah lebih
baik sekarang kita cepat pulang ajah.”
Tiba-tiba aku mendengar ada pesan dalam handphoneku,
ternyata dari bu Lilis, “Arika, siapa ya yang berani-beraninya mengambil laptop
milik Rico saat pramuka, tolong cari tau siapa pencurinya. Aku mengandalkanmu”.
Tiba-tiba wajahku memucat setelah membaca pesan itu dan ahirnya aku mengirim
pesan kepada Fian tentang pesan itu dan Fian juga berusaha menenangkanku dan
mendorong aku buat positif thinking. Malam itu benar-benar semakin mencekam
hingga sekujur badanku menggigil.
Malam telah berganti pagi, seperti biasa Fian menunggu di
depan rumahku dan aku berangkat sekolah seperti biasanya. Aku mengajak Fian ke
kelas Rico untuk mencari tau siapa pelakunya. “Rico, apakah selama ini kamu
punya masalah dengan seseorang atau mungkin dia dendam dengan kamu?” aku
langsung membuka pembicaraan dengan Rico. “nggak, aku nggak pernah bermasalah
dengan orang lain, mungkin ada berberapa anak yang tidak suka dengan aku, Adi,
Afif, dan Yoga, sepertinya mereka tidak suka dengan aku” Rico menjelaskan
kepadaku. Pada saat itu aku melihat Fajar sedang di belakang Rico, aku tau
bahwa selama ini Fajar berteman sangat baik dengan Rico, tapi mengapa dia
tampak tidak suka melihat aku dengan Rico.
Aku mencoba berfikir tentang Adi, Afif, dan Yoga. Adi jika
dilihat dari segi ekonomi termasuk kaya dan cukup gak mungkin kalau dia punya
uang lima ratus rupiah dalam sakunya tinggal uang lima ratus rupiah, selama ini
uang Adi selalu di atas sepuluh Ribu rupiah. Afif dia jarang sekali jajan, dia
lebih suka menghabiskan waktunya di perpustakaan bersama Yoga, kemungkinan uang
saku mereka selalu utuh, dan gak mungkin sehari mereka jalan cuma lima ratus
rupiah, uang lima ratus rupiah buat beli permen ajah dapat dua, malah kalau aku
jajan ke kopsis kembalian lima ratus sering dikasih permen dua soalnya gak ada
kembalian. “apa sekarang permen jadi alat pembayaran yang sah ya? Sejak kapan?”
aku jadi berfikiran aneh-aneh karena kepikiran permen. Sepertinya bukan Adi,
Afif, dan Yoga yang mencuri.
Aku masuk ke kelas, tiba-tiba Ayu dating kepadaku dan
meminta uang untuk membayar kas mingguan, aku melihat ada berberapa uang lima
ratus rupiah. Aku jadi teringat sesuatu. “Fian, kita harus bertemu Rico
sekarang juga” aku langsung menyeret Fian ke kelas Rico. “Rico, aku sudah menemukan
pelakunya” Rico langsung kaget mendengar kata-kata itu keluar dari mulutku. “pelakunya
adalah Harbi”. “hah? Manya mungkin Harbi mencuri laptopku, dia selama ini
sangat baik dengan aku, malah dia mengantarkanku kemarin, jangan asal nuduh”
Rico langsung membentak aku. “ Harbi adalah salah satu teman di kelasku yang
paling boros, orang tuanya bekerja jadi seorang pedagang di sekolah dasar, anak
sekolah dasar banyak menggunakan uang lima ratus rupiah untuk beli jajan, kemungkinan
besar kalau Harbi diberi uang saku dengan uang recehan lima ratusan, apalagi
Harbi seorang gamers, tetapi dia tidak mempunyai laptop sehingga waktunya ia
habiskan untuk pergi ke warnet dan membuang banyak uangnya untuk pergi ke
warnet. Aku tau kalau selama ini dia baik kepada kamu, selama ini kamu
seringkan ngge-game bersama Harbi, mungkin saat itu dia ingin mempunyai laptop
sendiri, dan fakta kedua dia lebih memilih mencuri laptop kamu dari pada milik
Revan, dia tau bahwa laptopmu banyak sekali game dan laptopmu sangat cocok
untuk para gamers, sedangkan milik Revan hanya laptop biasa, walaupun harganya hampir
sebanding dengan laptopmu tetapi di laptop Revan tidak ada gamenya sama sekali.
Fakta ketiga, dia punya akses yang mudah dengan kamu karena dia temenmu. Fakta ke
empat, dia pulang dulu waktu laptopmu hilang. Fakta ke lima selama ini tasmu
sangat mirip dengan tas Revan, dia sangat tahu warna tas milikmu tetapi dia
tidak hafal dengan tas milik Revan yang hampir mirip dengan tas milikmu,
sehingga ia mengira tas Revan adalah tasmu, setelah dia membuka ternyata isinya
bukan punyamu, dan kebetulan tasmu ada di samping tas milik Revan sehingga ia
mudah mengambil laptopmu” aku mencoba menjelaskan kepada Rico, dan ahirnya Rico
hanya terdiam, sepertinya dia setuju dengan aku.
Aku berjalan dengan Fian menunggu Harbi lewat, Fian berada
di belakang pohon, sehingga kalau terjadi sesuatu Fian bisa melindungiku dari
belakang. Tidak lama kemudian Harbi lewat, kemudian aku menghentikan langkahnya
“serahkan Laptop Rico sekarang juga” aku langsung mengintimidasi Harbi tanpa
bertanya-tanya lagi. Harbi hanya tersenyum masam “memangnya kamu tau dari mana
hah? Jangan asal nuduh!!” Harbi langsung membalas dengan ekspresi cuek. “okey
kalau gitu, biar polisi saja yang menyelidiki kasus ini” aku memberikan
gertakan kepada Harbi agar dia mengembalikan laptop itu dan ahirnya aku pergi
untuk pulang.
Keesokan harinya aku melihat di dalam lokerku ada laptop
milik Rico, Fian tampak binggung melihat laptop itu tiba-tiba ada di dalam
lokerku, aku langsung pergi untuk menyerahkan laptopnya kepada Rico. Fian masih
binggung dengan laptop yang tiba-tiba ada di dalam lokerku. “Ka, kenapa laptop
itu ada di dalam lokermu?” tiba-tiba Fian bertanya kepadaku. “apakah kamu masih
ingat kemarin aku menggertak dia kalau dia tidak mau menyerahkan laptop Rico,
biar polisi yang akan menggurusnya, otomatis dia sangat ketakutan jika polisi
menyelidiki kasus ini, apalagi dia tau kalau aku sudah mencurigainya, dia tidak
mau posisinya terancam dan dikeluarkan dari SMA ini, jadi dia melakukan kayak
gini” aku menjelaskan kepada Fian. Dan Fian membalas dengan tepuk tangan dengan
kagum. Hari itu aku dan Fian pulang
seperti biasanya, tiba-tiba dia berhenti di tengah jalan dan mengatakan “kamu
hebat Arika” sambil tersenyum menghadap aku, dan aku juga membalasnya jengan
senyum. Aku sangat bersyukur misteri ini sudah terpecahkan. Aku dan Fian akan
terus bersama untuk memecahkan misteri demi misteri dan akan terus bersama
selamanya.
tamat