the miracel of antibodi
judul: the miracel of
antibodi
genre : sci-fi
author: Safira fausta
ramadhani
“San, kenapa hidungmu mimisan? Ayo kita ke UKS” Arif
mengantarkan Hasan ke UKS. Arif binggung melihat Hasan yang ahir-ahir ini
hidungnya mimisan, apalagi tidak lama lagi ujian nasional akan berlangsung.
Arif benar-benar menghawatirkan keadaan
Hasan. Hari itu tiba-tiba Hasan diam-diam pergi ke rumah sakit, dia menanyakan
keadaannya yang tiap hari terasa sakit sekali dan sering mimisan. Hasil dokter
menyatakan bahwa Hasan mengidap penyakit tumor ganas stadium 3, dokter memvonis hidup Hasan tidak
lama lagi. Arif tidak mengerti kenapa Hasan ahir-ahir ini sering tidak masuk.
Selama ini tiap orang tau kalau Hasan dikenal jenius,
hingga ia berhasil memenangkan kompetisi robot tingkat nasional di
sekolah. Dia cowok pendiam, dia termasuk
anak sosipath. Hasan sangat sedih sekali mengetahui bahwa ia mengidap tumor
sudah stadium 3 yang akan menginjak ke stadium 4 atau stadium ahir. Seluruh
hidup Hasan yang tinggal menghitung waktu, tak ada seorangpun yang tau tentang
penyakitnya itu. Bahkan Hasan baru mengetahui awal-awal ini. Dai sudah
terlambat, Hasan merasa terlalu banyak menyia-nyiakan waktunya hanya dengan
diam saja. Hasan ingin menjadi seorang ilmuan seperti Albert Einstain, Hasan
ingin hebat seperti dia dan menemukan penemuan-penemuan tapi dibidang kesehatan
karena Hasan sangat menyukai biologi.
Hasan terlalu lama tidak masuk sekolah dan dia tidak mau
cerita apa alasannya hingga membolos sangat lama, hingga ahirnya ia dikeluarkan
dari sekolah. Hasan terus murung dan ia banyak menghabiskan waktunya untuk
pergi ke perpustakaan kota untuk membaca-membaca buku tentang teknologi-teknologi dibidang
kedokteran. Di perpustakaan Hasan melihat perempuan cantik sekali duduk
sendirian di perpustakaan, karena bangku perpustakaan semuanya penuh dan hanya
di tempat duduk perempuan itu saja yang kosong ahirnya Hasan duduk di samping
perempuan itu, hingga hampir satu jam berlangsung masih tidak ada percakapan sama sekali,
hingga ahirnya wanita itu mengeluarkan sebatang coklat dan diletakkan di atas meja.
Cewek itu menawarkan agar Hasan mengambil sepotong coklat itu, Hasan mengambil
sepotong coklat dan ditelan lahap. “namaku Geraldin, panggilanku Geral, kamu
siapa?” tanya perempuan sebelah Hasan. “oh namaku Hasan, makasih buat
coklatnya”. “nggomong-nggomong, kamu tinggal dimana?” Geral menatap Hasan. “oh
aku tinggal di daerah sini kok”. “oh ya, aku sering lihat kamu San, biasanya
kamu rutin ke perpus ini, bahkan kamu membernya perpustakaan ini ya?”. “ iya
Ger” tiba-tiba hidung Hasan menegluarkan darah, Hasan kembali mimisan, dan ia
langsung berlari keluar dari perpustakaan. Geral merasa heran melihat Hasan
yang mimisan, ahirnya Geral juga menyusul untuk pergi dan kembali ke rumahnya.
Hasan
melihat botol infus dengan isi glukosa, Hasan pernah membaca di sebuah buku
bahwa hubungan antara glukosa dengan antibodi tubuh bisa berpengaruh, ia ingin
meneliti perkembangan tumor menggunakanan antibodi tubuh. Hasan ingin menemukan
sebuah penemuan dengan menggunakan antibodi. Hasan ingin membuat antibodi yang
kuat untuk melawan tumor, Hasan ingin terbebas dari vonis dokter. Hasan pernah
membaca terdapat imunoterapi, immunoterapi dibuat dari antibodi dalam kuantitas
besar di luar tubuh, jadi terapi ini membuat sistem imun bersifak aktif melawan
tumor ataupun kanker. Hasan membuat antibodi dan bekerjasama dengan kakaknya
yang sekaligus dokter di sebuah rumah sakit. Hasan menggabungkan sel myeloma
yang merupakan tipe kanker yang terdapat di sum-sum tulang dari sel B mencit
yang menghasilkan antibodi yang spesifik. Kombinasi sel B yang bisa mengenali
antigen khusus dan membuat sel tersebut menjadi sebuah pabrik antibodi yang
tiada habisnya. Antibodi itu bisa sangat kuat untuk melawan kanker atau tumor,
Hasan mencoba untuk menyuntikkan antibodi itu kedalam tubuhnya. Pada awal
setelah penyuntikan itu, tubuh hasan demam tinggi, hingga orang tuanya
membawanya ke rumah sakit, setelah seminggu keadaan Hasan mulai membaik
kembali. Hasan memeriksa keadaannya, ternyata tumor hasan telah turun menjadi
stadium 2.
Hasan masih terus mengunjungi perpustakaan selain untuk membaca,
ia ingin menemui Geraldin, karena Geraldi merupak satu-satunya sahabatnya saat
ini. Hasan melihat Geraldin di depan perpustakaan, Hasan langsung mengajak
Gerldin untuk jalan-jalan ke alun-alun kota sambil menikmati kesejukan yang ada
disana. Geraldin ikut Hasan, dan tiba-tiba Geraldin teringat sekitar satu bulan
yang lalu, Geral melihat hidung Hasan mimisan, dan setelah itu Geral tidak
pernah menemui Hasan di perpustakaan lagi. Geral penasaran dengan apa yang
terjadi pada Hasan. “San, kenpa sebulan
yang lalu kamu kok tiba-tiba menghilang setelah kamu mimisan di perpustakaan,
apakah kamu baik-baik saja?” “oh, aku gakpapa kok Ger, Cuma lagi sakit ajah,
aku udah biasa mimisan kok, waktu itu aku pusing banget, jadi aku mimisan” “oh
ya udah kalau kamu gakpapa San, kalau ada yang terjadi sesuatu ke kamu, kamu
hubungi aku ya, nanti kamu asti tak bantu” Hasan hanya tersenyum kepada Geral,
menandakan kalau setuju. Keesokan harinya Hasan menemui Geral di rumahnya
dengan membawa sepada mini yang biasanya ia gunakan untuk pergi kemana-mana,
Hasan ingin bersenang-senang dengan sahabatnya itu juga sebagai pengusir bosan
selama Hasan di rumah. Sore itu Hasan mengelilingi Kota Malang menggunakan
sepeda mininya itu dengan Geral, dan menikmati detik-detik menjelang matahari
tenggelam. Kebahagiaan Hasan mulai muncul kembali setelah dokter memvonis
dirinya mengidap Tumor ganas. Hasan yang terkenal menjadi sosiopath sudah mulai
menjadi seorang remaja yang suka bersosialisasi dengan orang lain, Hasan mulai
tidak tertutup lagi.
Suatu malam, disaat Geraldin ulang tahun, Hasan memberi
surprise untuk datang ke rumahnya malam-malam, ia ingin mengajak Geral ke suatu
tempat yang tinggi di atas apartemen milik orang tua Hasan, disana sudah
disiapkan sofa dengan satu meja kecil yang dihiasi lampu-lampu dan balon dengan
tulisan selamat ulang tahun, ada kue di atas meja dengan lilin , disana Geral
dan Hasan bisa melihat kota Malang dari ketinggian “Hasan, makasih banget ya
udah nggasih surprise kayak gini, aku terkesan banget dengan semua ini” “Ger,
sekarang disini tempat kita berkumpul setiap hari, aku memutuskan untuk tinggal
dengan orang tuaku sekarang. Kita akan menghabiskan waktu luang kita disini”
Hasan memberikan sekotak kado dengan hiasan pita biru di atasnya, Geral
menerima kado itu dengan ucapan terima kasih dan seulas senyum. Tiba-tiba Hasan
mimisan dan pingsan, Geral teriak-teriak minta tolong, Hasan langsung dibawa ke
rumah sakit. Ketika Geral menanyakan Hasan ternyata dokter mengatakan bahwa
Hasan menderita tumor stadium ahir. Geral langsung lemas mengetahui itu. Geral
melihat Hasan dan terus berada di sampingnya dan menunggu sahabatnya itu untuk
sadar. Kakak Hasan mulai membuat hal yang sama saat dulu Hasan membuat serum
menggunakan antibodi, ternyata tubuh Hasan menolak. Kakak hasan sudah putus
asa, karena berbagai hal sudah dilakukan. Ternyata Hasan mengidap tumor itu di
otaknya. Setelah seminggu tidak sadarkan diri, ahirnya Hasan sadar juga,
keadaannya mulai membaik, Geral tetap menemani Hasan dan merawat Hasan. Tiap
hari Geral ke rumah sakit untuk menyuapi Hasan, menemani Hasan dan merawat
Hasan. Hasan sangat senang mempunyai sahabat seperti Geral, lama-lama Hasan dan
Geral menyukai satu sama lain, walaupun keduanya sama-sama tidak tahu bagaimana
perasaan yang ada dalam mereka. “San, ini ada buku bagus banget, novel karyanya
Hanum Salsabilla Rais tentang 99 cahaya di langit Eropa, novelnya tentang islam
pada zaman dahulu, kamu kan suka banget sama novel kayak gini, coba deh kamu
baca” “makasih ya Ger”
Setelah seminggu Hasan sadar, lama-lama tubuh Hasan semakin
melemah, hingga ahirnya tuhan menjemputnya. Seluruh keluarga menangis, termasuk
Geral. Geral sangat menyayangi Hasan, dan ia tidak percaya bahwa tuhan telah
menjemput nyawa sahabatnya itu.
Sebulan setelah Hasan
meningga, kakak Hasan menemui Geral dan memberikan sebuah kaset CD kepada
Geral, CD itu di rekam sebelum Hasan meninggalkan dunia ini untuk selamanya.
“hay Geral, pasti kamu sedang di depan Tv dan melihat wajahku saat ini, kamu
tahu kan keadaanku semakin hari semakin melemah, aku memang titipkan CD ini kepada kakakku untuk kamu. Ger
sebenarnya aku sayang sama kamu ntah itu sebagai sahabat atau apalah, tapi yang
jelas, aku sayang sama kamu. terima kasih Ger”. “Hasan merupakan anak yang
cerdas, ia bisa menciptakan serum buat pengambat tumornya sendiri, walaupun
ternyata tubuhnya menolak serum itu. Tapi dia termasuk menyumbangkan kepada
ilmu pengetahuan di bidang kedokteran, mungkin aku akan mengembangkan hasil
karya Hasan itu” kakak Hasan menyampaikan kepada Geral yang sedang terpaku
melihat Vidio itu di depan Tv nya. Ahirnya Geral dan kakak Hasan bekerja sama
untuk pembuatan serum untuk melumpuhkan sel tumor dan melakukan
penelitian-penelitian, hingga ahirnya tercipta formula untuk menghancurkan
tumor. Seluruh dunia mengagumi kecerdasaan kakak Hasan dan Geral, Geral
memberitahu kepada dunia, bahwa sebenarnnya yang menciptakan serum itu adalah
Hasan dan kita cuma mengembangkannya.
keren fir, idenya bagus, ceritanya juga banyak pelajaranya.
BalasHapusdari cerita udah keren banget, cuman tinggal dirapikan dikit biar lebih bagus =D