Rabu, 21 Januari 2015

the miracel of antibodi

the miracel of antibodi
judul: the miracel of antibodi
genre : sci-fi
author: Safira fausta ramadhani
          “San, kenapa hidungmu mimisan? Ayo kita ke UKS” Arif mengantarkan Hasan ke UKS. Arif binggung melihat Hasan yang ahir-ahir ini hidungnya mimisan, apalagi tidak lama lagi ujian nasional akan berlangsung. Arif  benar-benar menghawatirkan keadaan Hasan. Hari itu tiba-tiba Hasan diam-diam pergi ke rumah sakit, dia menanyakan keadaannya yang tiap hari terasa sakit sekali dan sering mimisan. Hasil dokter menyatakan bahwa Hasan mengidap penyakit tumor ganas  stadium 3, dokter memvonis hidup Hasan tidak lama lagi. Arif tidak mengerti kenapa Hasan ahir-ahir ini sering tidak masuk.
          Selama ini tiap orang tau kalau Hasan dikenal jenius, hingga ia berhasil memenangkan kompetisi robot tingkat nasional di sekolah.  Dia cowok pendiam, dia termasuk anak sosipath. Hasan sangat sedih sekali mengetahui bahwa ia mengidap tumor sudah stadium 3 yang akan menginjak ke stadium 4 atau stadium ahir. Seluruh hidup Hasan yang tinggal menghitung waktu, tak ada seorangpun yang tau tentang penyakitnya itu. Bahkan Hasan baru mengetahui awal-awal ini. Dai sudah terlambat, Hasan merasa terlalu banyak menyia-nyiakan waktunya hanya dengan diam saja. Hasan ingin menjadi seorang ilmuan seperti Albert Einstain, Hasan ingin hebat seperti dia dan menemukan penemuan-penemuan tapi dibidang kesehatan karena Hasan sangat menyukai biologi.
          Hasan terlalu lama tidak masuk sekolah dan dia tidak mau cerita apa alasannya hingga membolos sangat lama, hingga ahirnya ia dikeluarkan dari sekolah. Hasan terus murung dan ia banyak menghabiskan waktunya untuk pergi ke perpustakaan kota untuk membaca-membaca  buku tentang teknologi-teknologi dibidang kedokteran. Di perpustakaan Hasan melihat perempuan cantik sekali duduk sendirian di perpustakaan, karena bangku perpustakaan semuanya penuh dan hanya di tempat duduk perempuan itu saja yang kosong ahirnya Hasan duduk di samping perempuan itu, hingga hampir satu jam berlangsung  masih tidak ada percakapan sama sekali, hingga ahirnya wanita itu mengeluarkan sebatang coklat dan diletakkan di atas meja. Cewek itu menawarkan agar Hasan mengambil sepotong coklat itu, Hasan mengambil sepotong coklat dan ditelan lahap. “namaku Geraldin, panggilanku Geral, kamu siapa?” tanya perempuan sebelah Hasan. “oh namaku Hasan, makasih buat coklatnya”. “nggomong-nggomong, kamu tinggal dimana?” Geral menatap Hasan. “oh aku tinggal di daerah sini kok”. “oh ya, aku sering lihat kamu San, biasanya kamu rutin ke perpus ini, bahkan kamu membernya perpustakaan ini ya?”. “ iya Ger” tiba-tiba hidung Hasan menegluarkan darah, Hasan kembali mimisan, dan ia langsung berlari keluar dari perpustakaan. Geral merasa heran melihat Hasan yang mimisan, ahirnya Geral juga menyusul untuk pergi dan kembali ke rumahnya.
          Hasan melihat botol infus dengan isi glukosa, Hasan pernah membaca di sebuah buku bahwa hubungan antara glukosa dengan antibodi tubuh bisa berpengaruh, ia ingin meneliti perkembangan tumor menggunakanan antibodi tubuh. Hasan ingin menemukan sebuah penemuan dengan menggunakan antibodi. Hasan ingin membuat antibodi yang kuat untuk melawan tumor, Hasan ingin terbebas dari vonis dokter. Hasan pernah membaca terdapat imunoterapi, immunoterapi dibuat dari antibodi dalam kuantitas besar di luar tubuh, jadi terapi ini membuat sistem imun bersifak aktif melawan tumor ataupun kanker. Hasan membuat antibodi dan bekerjasama dengan kakaknya yang sekaligus dokter di sebuah rumah sakit. Hasan menggabungkan sel myeloma yang merupakan tipe kanker yang terdapat di sum-sum tulang dari sel B mencit yang menghasilkan antibodi yang spesifik. Kombinasi sel B yang bisa mengenali antigen khusus dan membuat sel tersebut menjadi sebuah pabrik antibodi yang tiada habisnya. Antibodi itu bisa sangat kuat untuk melawan kanker atau tumor, Hasan mencoba untuk menyuntikkan antibodi itu kedalam tubuhnya. Pada awal setelah penyuntikan itu, tubuh hasan demam tinggi, hingga orang tuanya membawanya ke rumah sakit, setelah seminggu keadaan Hasan mulai membaik kembali. Hasan memeriksa keadaannya, ternyata tumor hasan telah turun menjadi stadium 2.
          Hasan masih terus mengunjungi perpustakaan selain untuk membaca, ia ingin menemui Geraldin, karena Geraldi merupak satu-satunya sahabatnya saat ini. Hasan melihat Geraldin di depan perpustakaan, Hasan langsung mengajak Gerldin untuk jalan-jalan ke alun-alun kota sambil menikmati kesejukan yang ada disana. Geraldin ikut Hasan, dan tiba-tiba Geraldin teringat sekitar satu bulan yang lalu, Geral melihat hidung Hasan mimisan, dan setelah itu Geral tidak pernah menemui Hasan di perpustakaan lagi. Geral penasaran dengan apa yang terjadi  pada Hasan. “San, kenpa sebulan yang lalu kamu kok tiba-tiba menghilang setelah kamu mimisan di perpustakaan, apakah kamu baik-baik saja?” “oh, aku gakpapa kok Ger, Cuma lagi sakit ajah, aku udah biasa mimisan kok, waktu itu aku pusing banget, jadi aku mimisan” “oh ya udah kalau kamu gakpapa San, kalau ada yang terjadi sesuatu ke kamu, kamu hubungi aku ya, nanti kamu asti tak bantu” Hasan hanya tersenyum kepada Geral, menandakan kalau setuju. Keesokan harinya Hasan menemui Geral di rumahnya dengan membawa sepada mini yang biasanya ia gunakan untuk pergi kemana-mana, Hasan ingin bersenang-senang dengan sahabatnya itu juga sebagai pengusir bosan selama Hasan di rumah. Sore itu Hasan mengelilingi Kota Malang menggunakan sepeda mininya itu dengan Geral, dan menikmati detik-detik menjelang matahari tenggelam. Kebahagiaan Hasan mulai muncul kembali setelah dokter memvonis dirinya mengidap Tumor ganas. Hasan yang terkenal menjadi sosiopath sudah mulai menjadi seorang remaja yang suka bersosialisasi dengan orang lain, Hasan mulai tidak tertutup lagi.
          Suatu malam, disaat Geraldin ulang tahun, Hasan memberi surprise untuk datang ke rumahnya malam-malam, ia ingin mengajak Geral ke suatu tempat yang tinggi di atas apartemen milik orang tua Hasan, disana sudah disiapkan sofa dengan satu meja kecil yang dihiasi lampu-lampu dan balon dengan tulisan selamat ulang tahun, ada kue di atas meja dengan lilin , disana Geral dan Hasan bisa melihat kota Malang dari ketinggian “Hasan, makasih banget ya udah nggasih surprise kayak gini, aku terkesan banget dengan semua ini” “Ger, sekarang disini tempat kita berkumpul setiap hari, aku memutuskan untuk tinggal dengan orang tuaku sekarang. Kita akan menghabiskan waktu luang kita disini” Hasan memberikan sekotak kado dengan hiasan pita biru di atasnya, Geral menerima kado itu dengan ucapan terima kasih dan seulas senyum. Tiba-tiba Hasan mimisan dan pingsan, Geral teriak-teriak minta tolong, Hasan langsung dibawa ke rumah sakit. Ketika Geral menanyakan Hasan ternyata dokter mengatakan bahwa Hasan menderita tumor stadium ahir. Geral langsung lemas mengetahui itu. Geral melihat Hasan dan terus berada di sampingnya dan menunggu sahabatnya itu untuk sadar. Kakak Hasan mulai membuat hal yang sama saat dulu Hasan membuat serum menggunakan antibodi, ternyata tubuh Hasan menolak. Kakak hasan sudah putus asa, karena berbagai hal sudah dilakukan. Ternyata Hasan mengidap tumor itu di otaknya. Setelah seminggu tidak sadarkan diri, ahirnya Hasan sadar juga, keadaannya mulai membaik, Geral tetap menemani Hasan dan merawat Hasan. Tiap hari Geral ke rumah sakit untuk menyuapi Hasan, menemani Hasan dan merawat Hasan. Hasan sangat senang mempunyai sahabat seperti Geral, lama-lama Hasan dan Geral menyukai satu sama lain, walaupun keduanya sama-sama tidak tahu bagaimana perasaan yang ada dalam mereka. “San, ini ada buku bagus banget, novel karyanya Hanum Salsabilla Rais tentang 99 cahaya di langit Eropa, novelnya tentang islam pada zaman dahulu, kamu kan suka banget sama novel kayak gini, coba deh kamu baca” “makasih ya Ger”
          Setelah seminggu Hasan sadar, lama-lama tubuh Hasan semakin melemah, hingga ahirnya tuhan menjemputnya. Seluruh keluarga menangis, termasuk Geral. Geral sangat menyayangi Hasan, dan ia tidak percaya bahwa tuhan telah menjemput nyawa sahabatnya itu.

Sebulan setelah Hasan meningga, kakak Hasan menemui Geral dan memberikan sebuah kaset CD kepada Geral, CD itu di rekam sebelum Hasan meninggalkan dunia ini untuk selamanya. “hay Geral, pasti kamu sedang di depan Tv dan melihat wajahku saat ini, kamu tahu kan keadaanku semakin hari semakin melemah, aku memang titipkan  CD ini kepada kakakku untuk kamu. Ger sebenarnya aku sayang sama kamu ntah itu sebagai sahabat atau apalah, tapi yang jelas, aku sayang sama kamu. terima kasih Ger”. “Hasan merupakan anak yang cerdas, ia bisa menciptakan serum buat pengambat tumornya sendiri, walaupun ternyata tubuhnya menolak serum itu. Tapi dia termasuk menyumbangkan kepada ilmu pengetahuan di bidang kedokteran, mungkin aku akan mengembangkan hasil karya Hasan itu” kakak Hasan menyampaikan kepada Geral yang sedang terpaku melihat Vidio itu di depan Tv nya. Ahirnya Geral dan kakak Hasan bekerja sama untuk pembuatan serum untuk melumpuhkan sel tumor dan melakukan penelitian-penelitian, hingga ahirnya tercipta formula untuk menghancurkan tumor. Seluruh dunia mengagumi kecerdasaan kakak Hasan dan Geral, Geral memberitahu kepada dunia, bahwa sebenarnnya yang menciptakan serum itu adalah Hasan dan kita cuma mengembangkannya.

1 komentar:

  1. keren fir, idenya bagus, ceritanya juga banyak pelajaranya.
    dari cerita udah keren banget, cuman tinggal dirapikan dikit biar lebih bagus =D

    BalasHapus