Sabtu, 04 April 2015

coretan

Rahasia Karakter Cerpenku

          Hay guy’s, kalian yang sering baca cerpenku, ntah itu di majalah dinding, blog, majalah, dan lain sebagainya pasti aku sering memakai nama Fian, Rian, dan Bella. Aku punya alasan tersendiri mengapa aku menggunakan nama-nama itu. Aku punya pandangan tersendiri dengan nama-nama itu. Untuk tokoh yang lain, aku mengambilnya secara acak dan tidak begitu berpengaruh menurutku.
1.     Fian
Aku menggunakan nama karakter Fian mulai awal-awal aku belajar membuat cerpen. Nama Fian aku ambil dari nama adik sepupuku yang kini berumur 5 tahun. Tetapi ada juga memang temenku yang punya nama Fian kayak Aliffiandika. Dika emang juga sering menggunakan nama Fian, gak tau kenapa, hehe. Memang kadang aku menggunakan nama Fian itu merujuk ke Dika, tapi hanya sebagian kecil, kayak misalnya kisah-kisah nostalgiaku, wkwk.  Menurutku Fian itu adik yang hebat, dia punya rasa tanggung jawab yang tinggi kepada adiknya, ibunya, dan lain sebagainya. Fian biasanya mengarahkan adiknya yang sebenarnya umurnya beda 2 tahun, tapi kalau dilihat dari segi tanggung jawab memang lebih bertanggung jawab Fian daripada aniknya yang bernama Fino. Fian termasuk anak yang suka membantu, dia juga sering mengingatkan aku tentang kewajibanku kayak sholat dan lain sebagainya. Apapun yang dilakukan Fian pasti punya alasan tersendiri untuk dia. Walaupun sikapnya selalu baik kepada semua orang, tetapi tidak merubah sikapku yang dingin, tapi setidaknya aku nggak bisa terlalu dingin dengan keluguan adik sepupuku ini.
2.     Rian
Aku mengambil nama Rian baru-baru ini saja, maklum kalau hanya sedikit yang tau. Rian itu sebenernya nama temanku yang kerap kali dapat siksaan dan bullying dari aku. Gak tau kenapa aku suka banget nyiksa tuh manusia. Rian itu aku ambil dari nama Raymon Abdul Aziz Ash- Siddiq Wijaya Rusandi, nama murid terpenjang dari prodi MIA kelas XI. Temen-temen banyak yang manggil dia Emon, tapi dia kadang nyebut dia sendiri jadi Rian. Alasan mereka memanggil Emon mungkin karena dia punya wajah-wajah cabul kayak Emon yang ditelevisi yang mengidap pedifillia. Tapi sebenarnya dia nggak seperti itu, dia punya sifat yang lembut tetapi juga cerdas. Cerdas kalau lagi nggegame :v . Raymon tergolong manusia yang lemot dalam berfikir, tapi saran-sarannya ketika ada rapat atau suatu permasalahan selalu tepat, dia juga rela dihina-hina oleh guru killer daripada dia dimarahi guru killer. Yang beda banget dengan aku yang suka mematahkan argumen guruku, jadi jarang ada guru yang marah dengan aku, bahkan tidak ada sama sekali, karena mereka harus punya argumen yang kuat banget untuk menjustice aku. Meskipun aku sering nyiksa Emon, tapi gak sekalipun dia marah atau protes, dia mempunya sisi lembut sekali dan cerdas, makanya dia sangat cocok berada di cerpenku yang berjudul “The Virtual Would”.
3.     Bella
Bella adalah nama dari Almarhumah kakak kelasku. Ketika awal-awal kepergiannya, semua orang sangat sedih, bahkan satu sekolah sangat sedih hingga mengibarkan bendera setengah tiang. Aku sering memanggilnya “Mbak Bella”. Mbak Bella mengajarkan aku banyak, dia yang memperkenalkan aku dengan jurnalis, dia kakak kelas pertama yang aku kenal ketika aku masuk SMA. Aku sangat sedih mendengar berita kecelakaan yang menimpa Almarhumah Mbak Bella. Seluruh sekolah booming ketika melihat aku yang katanya mirip Mbak Bella, hingga banyak guru-guru yang memanggilku Bella karena memang agak kesulitan menghafal nama Safira, karena banyak sekali nama Safira di sekolah. Mbak Bella yang aku kenal, dia manis, pantang menyerah, kuat dalam segala hal, walaupun banyak yang membencinya, dia akan selalu maju dan maju. Itulah mengapa aku termotifasi dengan Mbak Bella, andaikan aku tidak pernah bertemu Mbak Bella, maka sampai sekarang aku nggak mungkin berada di jurnalistik, aku nggak mungkin bisa kuat. Sampai kapanpun nama Bella akan selalu hidup dalam setiap memori orang-orang yang pernah dekat dengannya. Walaupun terkadang aku menangis karena ingat kata-kata dari ibu Almarhumah untuk selalu menjaga diriku karena memang wajahku mirip dengan putri kesayangannya. Setelah itu ibu dari Almarhumah memelukku dan mencium pipiku. Aku sangat memaklumi jika hal itu terjadi,
          Hal-hal di atas hanya sekedar share tentang pandanganku menggunakan sebuah karakter dalam cerpen. Mereka semua akan tetap hidup dalam memoriku sampai kapanpun, bukan hanya di dunia nyata, namun juga di dunia imajinasiku


Tidak ada komentar:

Posting Komentar