Rahasia
Karakter Cerpenku
Hay guy’s, kalian yang sering baca cerpenku, ntah itu di
majalah dinding, blog, majalah, dan lain sebagainya pasti aku sering memakai
nama Fian, Rian, dan Bella. Aku punya alasan tersendiri mengapa aku menggunakan
nama-nama itu. Aku punya pandangan tersendiri dengan nama-nama itu. Untuk tokoh
yang lain, aku mengambilnya secara acak dan tidak begitu berpengaruh menurutku.
1. Fian
Aku menggunakan nama
karakter Fian mulai awal-awal aku belajar membuat cerpen. Nama Fian aku ambil
dari nama adik sepupuku yang kini berumur 5 tahun. Tetapi ada juga memang
temenku yang punya nama Fian kayak Aliffiandika. Dika emang juga sering menggunakan
nama Fian, gak tau kenapa, hehe. Memang kadang aku menggunakan nama Fian itu
merujuk ke Dika, tapi hanya sebagian kecil, kayak misalnya kisah-kisah
nostalgiaku, wkwk. Menurutku Fian itu
adik yang hebat, dia punya rasa tanggung jawab yang tinggi kepada adiknya,
ibunya, dan lain sebagainya. Fian biasanya mengarahkan adiknya yang sebenarnya
umurnya beda 2 tahun, tapi kalau dilihat dari segi tanggung jawab memang lebih
bertanggung jawab Fian daripada aniknya yang bernama Fino. Fian termasuk anak
yang suka membantu, dia juga sering mengingatkan aku tentang kewajibanku kayak
sholat dan lain sebagainya. Apapun yang dilakukan Fian pasti punya alasan
tersendiri untuk dia. Walaupun sikapnya selalu baik kepada semua orang, tetapi
tidak merubah sikapku yang dingin, tapi setidaknya aku nggak bisa terlalu
dingin dengan keluguan adik sepupuku ini.
2. Rian
Aku mengambil nama Rian
baru-baru ini saja, maklum kalau hanya sedikit yang tau. Rian itu sebenernya
nama temanku yang kerap kali dapat siksaan dan bullying dari aku. Gak tau
kenapa aku suka banget nyiksa tuh manusia. Rian itu aku ambil dari nama Raymon
Abdul Aziz Ash- Siddiq Wijaya Rusandi, nama murid terpenjang dari prodi MIA
kelas XI. Temen-temen banyak yang manggil dia Emon, tapi dia kadang nyebut dia
sendiri jadi Rian. Alasan mereka memanggil Emon mungkin karena dia punya
wajah-wajah cabul kayak Emon yang ditelevisi yang mengidap pedifillia. Tapi sebenarnya
dia nggak seperti itu, dia punya sifat yang lembut tetapi juga cerdas. Cerdas kalau
lagi nggegame :v . Raymon tergolong manusia yang lemot dalam berfikir, tapi
saran-sarannya ketika ada rapat atau suatu permasalahan selalu tepat, dia juga
rela dihina-hina oleh guru killer daripada dia dimarahi guru killer. Yang beda
banget dengan aku yang suka mematahkan argumen guruku, jadi jarang ada guru
yang marah dengan aku, bahkan tidak ada sama sekali, karena mereka harus punya argumen
yang kuat banget untuk menjustice aku. Meskipun aku sering nyiksa Emon, tapi
gak sekalipun dia marah atau protes, dia mempunya sisi lembut sekali dan cerdas,
makanya dia sangat cocok berada di cerpenku yang berjudul “The Virtual Would”.
3. Bella
Bella adalah nama dari
Almarhumah kakak kelasku. Ketika awal-awal kepergiannya, semua orang sangat
sedih, bahkan satu sekolah sangat sedih hingga mengibarkan bendera setengah
tiang. Aku sering memanggilnya “Mbak Bella”. Mbak Bella mengajarkan aku banyak,
dia yang memperkenalkan aku dengan jurnalis, dia kakak kelas pertama yang aku
kenal ketika aku masuk SMA. Aku sangat sedih mendengar berita kecelakaan yang
menimpa Almarhumah Mbak Bella. Seluruh sekolah booming ketika melihat aku yang
katanya mirip Mbak Bella, hingga banyak guru-guru yang memanggilku Bella karena
memang agak kesulitan menghafal nama Safira, karena banyak sekali nama Safira
di sekolah. Mbak Bella yang aku kenal, dia manis, pantang menyerah, kuat dalam
segala hal, walaupun banyak yang membencinya, dia akan selalu maju dan maju. Itulah
mengapa aku termotifasi dengan Mbak Bella, andaikan aku tidak pernah bertemu
Mbak Bella, maka sampai sekarang aku nggak mungkin berada di jurnalistik, aku
nggak mungkin bisa kuat. Sampai kapanpun nama Bella akan selalu hidup dalam
setiap memori orang-orang yang pernah dekat dengannya. Walaupun terkadang aku
menangis karena ingat kata-kata dari ibu Almarhumah untuk selalu menjaga diriku
karena memang wajahku mirip dengan putri kesayangannya. Setelah itu ibu dari
Almarhumah memelukku dan mencium pipiku. Aku sangat memaklumi jika hal itu
terjadi,
Hal-hal di atas hanya sekedar share tentang pandanganku
menggunakan sebuah karakter dalam cerpen. Mereka semua akan tetap hidup dalam
memoriku sampai kapanpun, bukan hanya di dunia nyata, namun juga di dunia
imajinasiku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar