Kamis, 02 April 2015

Cinta Yang Sempurna Dibalik Sinar Lampion

Cinta Yang Sempurna Dibalik Sinar Lampion


          Di bawah terpaan sinar rembulan yang terang, dihiasi kemilau lampion dimana-mana. Dia tersenyum dibawah rembulan itu, dia berjalan di iringi cahaya-cahaya lampu, di bawah sinar rembulan diiringi bintang yang mengikutinya kemanapun. Percayalah, aku akan tetap disampingmu selamanya, di dalam hatiku tidak ada yang lain, hanyalah kamu.
          Dering jam alarm berbunyi. Aku terbangun untuk cepat-cepat pergi ke sekolah. Hari ini sekolah mengadakan manasik haji. Kegiatan manasik haji harus menginap di sekolah karena acara malamnya ada pesta lampion keliling Turen untuk mengumandangkan takbir. Aku sudah mempersiapkan lampion, susah sekali membuat lampion, berhari-hari aku membuat lampion, tapi selalu gagal. Dan hari ini aku benar-benar berhasil membuat lampion berwarna merah. Di dalamnya ada lampu dengan watt yang kecil dan bentuknya juga kecil, tapi sanarnya cukup terang. Aku membuatnya sampai tanganku kepanasan karena terkena ujungnya solder untuk menghubungkan arus listriknya dengan stopkontaknya.
          Semua persiapan aku lakukan secara mendadak. Maklum, hidupku memang acak-acakan dan gak pernah teratur. Pagi-pagi aku disibukkan mencari mukenah untuk persiapan manasik haji. Tapi mukenahku ternyata semua dicuci karena semuanya kotor. Tiap mukenahnya kotor, aku selalu menyimpannya di lemari dan mengambil yang bersih, saat semua kotor, aku kehabisan mukenah dan biasanya aku menggunakan milik ibuku walaupun ukurannya kebesaran buat aku. Ahirnya tidak ada jalan lain selain menggunakan mukenah milik ibuku.
          Pagi-pagi aku berlari kerumah Nana, mau ikut bareng ke sekolah dengan membawa peralatan yang banyak sekali karena memang banyak banget yang harus dibawa, bahkan ayah sama ibuku menyuruh aku membawa koper. Maklum, aku anak yang manja dan tetap dimanja walaupun sudah MTs.  Hari ini aku nggak diantar ayah karena ayah harus berangkat pagi karena ada rapat penting di sebuah hotel di Malang dan ibuku tidak bisa mengendarai sepeda motor, ahirnya aku terpaksa bareng sama temanku. Aku sangat takut digonceng samping, tapi mau gimana lagi, aku pakai rok panjang.
          Pagi-pagi di sekolah sudah ribut karena sudah banyak anak yang berkumpul untuk mencari ruangan masing-masing. Runag tidur laki-laki sama perempua dipisah. Aku sama Nana satu ruang yaitu di ruang 3 di kelas 7A. ruangannya paling nyaman sendiri karena tanpa menggelar tikar udah ada karpetnya. Kelas unggulan dengan kelas super istimewa, aku sangat ingin masuk kelas itu, tapi aku nggak pernah bisa menjadi bagian dari kelas unggulan. Aku selalu ingin masuk kelas yang dibangga-banggakan oleh para guru di sekolah, berbeda dengan kelasku yang sekarang yang suka beda-bedakan guru-guru. Padahal semuanya sama, tapi kenapa kelasku dapat diskriminasi, setiap hari kata-kata itu selalu muncul dalam hatiku. “Na, kelasnya bagus ya, gak kayak kelas kita yang kumuh” aku mengatakan secara terang-terangan kepada Nana. “udah lah Fir, meskipun kelas kita kumuh tapi kan teman-teman kita kompak itu udah cukup buat kita bahagia kan?” Nana mecoba membujukku, takut ambisiku benar-benar terbakar. Aku hanya tersenyum menganggung kepada Nana.
          “pengumuman, semua anak harap keluar dari ruang kelas dan berkumpul di halaman dengan membawa baju untuk manasik haji” Pak Saifudin memberikan pengumuman kepada semua anak kelas 7. Semua anak berbaris dan berkumpul menurut kelasnya. Semua anak langsung berbaris dua-dua untuk menuju lapangan sepak bola. Di lapangan sepak bola sudah disiapkan gambaran Bukit Marwa, dan lain sebagainya. aku mebgikuti teman-teman yang muter-muter di lapangan dengan mengucap doa-doa. Melakukan sa’i dan lain sebagainnya. Hingga yang paling aku tunggu-tunggu adalah berputar mengelilingi ka’bah, tetapi sebelum mengelilingi ka’bah semuanya diajak untuk melempar batu, semua teman-teman paling senang ketika disuruh melempar batu. Semuanya disuruh mengambil 7 batu, sedangkan aku mengambil lebih dari sepuluh batu kerikil dan aku lemparkan berkali-kali sampai terkena temanku. “Na, aku berhasil melempar kerikil di kepalanya Vino” aku mengucapkannya dengan sangat bangga. Selama ini aku sangat benci banget sama ketua kelas yang sombong sekali dan suka memerintah aku. Mentang-mentang aku wakil ketua kelas harus mengikuti semua yang dia suruh. Nana hanya tersenyum manis kepadaku dan ahirnya Vino juga membalas melempar, namun tidak ada satupun yang kena.
          Saat memutari ka’bah aku terjatuh karena mukenahku tersangkut besi dan mukenahku kotor semua. Aku hampir menangis karena aku takut karena mukenahnya kotor jadi alasan buat tidak sholat. Waktu itu aku murid baru, jadi datang kepadaku “lho, Safira kenapa? Mukenahnya kok kotor semua, kan jadi gak bisa buat sholat” Bu Ilmi bertanya kepadaku dengan nada halus seperti biasanya. “saya habis jatuh bu, mungkin nanti saya akan bergantian sholat dengan teman saya yang mukenahnya masih bersih, saya tidak apa-apa kok Bu” aku menjawab dengan memberikan senyuman terbaik untuk Bu Ilmi. “ya udah, hati ya kalau gitu” Bu ilmi juga membalas senyum. Dan aku membalas dengan anggukan dan tetap senyum.
          Aku menggandeng tangan Nana untuk masuk ke kelas dan tidur-tiduran di   sana. “Na, capek banget nih habis manasik haji habis ini masih sholat dhuhur, kamu sholat a?” aku bertanya kepada Nana dengan posisi tidur. “aku halangan Fir”. Aku yang tau Nana sedang halangan ahirnya juga memutuskan buat ikut gak sholat dhuhur juga dengan alasan halangan, Nana sempat marah-marah kepadaku dan menyuruh aku sholat dengan meminjamkan mukenahnya kepadaku, tapi aku malas karena tidak ada temannya untuk sholat bersama.
          Saat semua selesai sholat dan dari tadi aku hanya menggosip dengan teman-temanku, saat-saat ditunggu-tunggu telah tiba. Ahirnya aku dapat jatah makan dan minum dari sekolah. Aku paling senang sekali karena aku sangat kelaparan setelah beraktivitas. Ketika aku membuka nasi bungkusan ternyata isinya sayur-sayuran dan ayam goreng. Aku paling tidak suka dengan sayur-sayuran mulai kecil dan makanan yang pedas. Aku ahirnya hanya memakan nasi dan ayamnya. Sayurnya aku buang seperti biasanya. Temen-temenku meledekku karena tidak suka sayur dan Nana tetap saja membelaku seperti biasanya. “udahlah, Fira kan memang dari kecil nggak suka sayur, jangan memaksa Fira buat makan sayur-sayuran daripada dia nanti muntah-muntah” Nana membentak teman-temanku yang meledekku dari tadi. Seketika kelas langsung menjadi hening.
          Semua anak berebut kamar mandi untuk mandi, bahkan sampai ada yang pulang kerumahnya untuk mandi. “eh Na, temen-temen allay banget deh masa gak betah sih gak mandi setengah hari ajah” aku menatap Nana dengan bibir manyun. “emangnya kamu Fir, kamu kan udah biasa gak mandi” Nana tertawa terkekeh-kekeh dengan teman-teman yang lain. “loe jangan buka aib gue disini deh” aku berbisik dengan muka yang ditekuk-tekuk. Pada ahirnya, aku, Nana, Wiwin, dan Meme tidak mandi karena males mengantri. Teman-teman di kelas pada lepas jilbab, beda dengan aku dan teman-teman yang tetap menggunakan jilbab.
          Waktu magrib berkumandang semuanya sedang menuju mushola, termasuk aku. Aku mau sholat karena ada Wiwin yang ikut sholat dengan aku. Semua anak sholat berjama’ah termasuk aku. Hingga semua selesai sholat, semua anak berkumpul di halaman sekolah untuk persiapan pesta lampion, semua anak unjuk diri dengan lampionnya. Banyak sekali lampion yang unik, ada yang dari bola plastik kemudian dilubangi dan diberi lampu warna warni, ada juga yang membuat bentuk aneh-aneh pita-pita untuk memberikan kesan imut peda lampion. Lampion milikku juga gak kalah hebat dengan lampion milik temen-temenku yang aku desain dengan sinar warna merah dan biru yang menyala secara bergantian dan tutup yang terbuat dari tempat nasi berbentuk bunga yang aku satukan dengan sedikit hiasan untuk memberikan kesan lebih menarik.
          Semua anak berbaris dan berjalan satu persatu untuk keluar dari gerbang, aku sempat melihat anak laki-laki dengan wajah yang sangat menarik, kemudia dia membawa lampion yang sangat sederhana. Dia berdiri menyendiri dibalik pohon di depan  ruang guru. Ahirnya aku tidak begitu meperdulikannya karena semua harus berisap dalam bentuk barisan, tiba-tiba laki-laki itu juga ikut berbaris di depan. Semua berkumandang mengucapkan takbir dimana-mana dengan menyalakan lampion, aku yang di samping Nana tersenyum melihat Nana secara diam-diam dan menggenggam tangannya begitu erat. Aku sangat menyayangi Nana, kami teman mulai SD, dia selalu menjagaku dan aku juga selalu menjaganya. Bahkan aku selalu ada bersamanya, seperti gula dan semut, dimana ada gula, disitu ada semut. Dimana ada Nana, disitu ada aku. Nana sangat manis, apalagi di bawah sinar rembulan dan ditemani dengan kemilau lampu lampion di bawah bintang-bintang. Aku merasakan sangat beruntung mempunyai Nana, walaupun dia selalu cuek  dengan aku, tapi sebenarnya dialah yang paling perhatian denganku. Aku sering mengejeknya, namun dia tetap saja diam.
          “Na, sampai kapanpun aku selalu bersamamu, aku sangat sayang denganmu” aku mengucapkan kata-lata itu dengan sangat pelan, hingga aku menyadari hanya aku saja yang akan mendengar kata-kata itu. Tiba-tiba aku bertemu ayah dan ibuku saat lewan di depan rumahku. Ayah dan ibuku memberikan aku makanan dan minuman, aku sangat malu dilihat teman-temanku. Teman-temanku mengira aku seperti anak kecil yang masih dibekalkan dengan orang tuaku dan dimanja-manja. Ahirnya aku menolak makanan dan minuman itu. Aku beranjak menjauhi ayah dan ibuku.
          Saat semua tiba di sekolah, aku langsung tiduran diatas karpet di kelas, tapi setelah itu aku sholat isya’ dulu. Saat sholat isya’ hanya sedikit anak yang sholat karena memang kecapekan, dan aku memberanikan diri untuk sholat sendiri. Setelah sholat, semua tidur. Tetapi masih ada anak laki-laki yang iseng mengetuk-ngetuk jendela kelas lewat parkiran. Semua teman-teman yang cewek pada marah-marah dan ahirnya memanggil Pak Rofiul  dan melaporkannya. Ahirnya semua berada di dalam kelas, tidak ada yang keluar. Saat lampu dimatikan, aku saat takut. Aku tidak terbiasa tidur dalam gelap. Ahirnya aku tidak bisa tidur, bahkan Nana, Wiwin, dan Meme juga tidak bisa tidur. Ahirnya aku dan teman-teman nyoba iseng-isengan lihat teman-teman yang lagi tidur. Ekspresi mereka lucu-lucu, bahkan ada yang mendengkur, berpelukan sesame cewek, tidurnya muer-muter,  sampai yang nggelidur juga ada. Akun semalaman gak tidur dan nggemil makanan terus sampai pagi. Banyak canda tawa yang terjadi. Sampai snagking seringnya aku nggomong sampai di kasih roti biar aku diam.
          Keesokan harinya aku sholat idhul adha di sekolah dengan teman-teman. Hal yang paling aku tunggu-tunggu. Semuanya berkumpul untuk sholat, sebelum sholat idhul adha aku mandi dahulu dan mengantri agak lama, karena aku ingin benar-benar suci saat sholat. Ketika semua sedah selesai sholat aku bersiap-siap untuk pulang. Semua kenangan indah terukir saat itu. Mulai dari kesialanku yang jatuh saat manasik haji sampai gemerlap lampion yang indah yang aku habiskan dengan temanku. Semuanya menjadi suatu kenangan tak terlupakan.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar