Cinta
Yang Sempurna Dibalik Sinar Lampion
Di bawah terpaan sinar rembulan yang terang, dihiasi
kemilau lampion dimana-mana. Dia tersenyum dibawah rembulan itu, dia berjalan
di iringi cahaya-cahaya lampu, di bawah sinar rembulan diiringi bintang yang
mengikutinya kemanapun. Percayalah, aku akan tetap disampingmu selamanya, di
dalam hatiku tidak ada yang lain, hanyalah kamu.
Dering jam alarm berbunyi. Aku terbangun untuk cepat-cepat
pergi ke sekolah. Hari ini sekolah mengadakan manasik haji. Kegiatan manasik
haji harus menginap di sekolah karena acara malamnya ada pesta lampion keliling
Turen untuk mengumandangkan takbir. Aku sudah mempersiapkan lampion, susah
sekali membuat lampion, berhari-hari aku membuat lampion, tapi selalu gagal.
Dan hari ini aku benar-benar berhasil membuat lampion berwarna merah. Di
dalamnya ada lampu dengan watt yang kecil dan bentuknya juga kecil, tapi
sanarnya cukup terang. Aku membuatnya sampai tanganku kepanasan karena terkena
ujungnya solder untuk menghubungkan arus listriknya dengan stopkontaknya.
Semua persiapan aku lakukan secara mendadak. Maklum,
hidupku memang acak-acakan dan gak pernah teratur. Pagi-pagi aku disibukkan
mencari mukenah untuk persiapan manasik haji. Tapi mukenahku ternyata semua
dicuci karena semuanya kotor. Tiap mukenahnya kotor, aku selalu menyimpannya di
lemari dan mengambil yang bersih, saat semua kotor, aku kehabisan mukenah dan
biasanya aku menggunakan milik ibuku walaupun ukurannya kebesaran buat aku.
Ahirnya tidak ada jalan lain selain menggunakan mukenah milik ibuku.
Pagi-pagi aku berlari kerumah Nana, mau ikut bareng ke
sekolah dengan membawa peralatan yang banyak sekali karena memang banyak banget
yang harus dibawa, bahkan ayah sama ibuku menyuruh aku membawa koper. Maklum,
aku anak yang manja dan tetap dimanja walaupun sudah MTs. Hari ini aku nggak diantar ayah karena ayah
harus berangkat pagi karena ada rapat penting di sebuah hotel di Malang dan ibuku
tidak bisa mengendarai sepeda motor, ahirnya aku terpaksa bareng sama temanku.
Aku sangat takut digonceng samping, tapi mau gimana lagi, aku pakai rok
panjang.
Pagi-pagi di sekolah sudah ribut karena sudah banyak anak
yang berkumpul untuk mencari ruangan masing-masing. Runag tidur laki-laki sama
perempua dipisah. Aku sama Nana satu ruang yaitu di ruang 3 di kelas 7A.
ruangannya paling nyaman sendiri karena tanpa menggelar tikar udah ada
karpetnya. Kelas unggulan dengan kelas super istimewa, aku sangat ingin masuk
kelas itu, tapi aku nggak pernah bisa menjadi bagian dari kelas unggulan. Aku
selalu ingin masuk kelas yang dibangga-banggakan oleh para guru di sekolah,
berbeda dengan kelasku yang sekarang yang suka beda-bedakan guru-guru. Padahal
semuanya sama, tapi kenapa kelasku dapat diskriminasi, setiap hari kata-kata
itu selalu muncul dalam hatiku. “Na, kelasnya bagus ya, gak kayak kelas kita
yang kumuh” aku mengatakan secara terang-terangan kepada Nana. “udah lah Fir,
meskipun kelas kita kumuh tapi kan teman-teman kita kompak itu udah cukup buat
kita bahagia kan?” Nana mecoba membujukku, takut ambisiku benar-benar terbakar.
Aku hanya tersenyum menganggung kepada Nana.
“pengumuman, semua anak harap keluar dari ruang kelas dan
berkumpul di halaman dengan membawa baju untuk manasik haji” Pak Saifudin
memberikan pengumuman kepada semua anak kelas 7. Semua anak berbaris dan
berkumpul menurut kelasnya. Semua anak langsung berbaris dua-dua untuk menuju
lapangan sepak bola. Di lapangan sepak bola sudah disiapkan gambaran Bukit
Marwa, dan lain sebagainya. aku mebgikuti teman-teman yang muter-muter di
lapangan dengan mengucap doa-doa. Melakukan sa’i dan lain sebagainnya. Hingga
yang paling aku tunggu-tunggu adalah berputar mengelilingi ka’bah, tetapi
sebelum mengelilingi ka’bah semuanya diajak untuk melempar batu, semua
teman-teman paling senang ketika disuruh melempar batu. Semuanya disuruh
mengambil 7 batu, sedangkan aku mengambil lebih dari sepuluh batu kerikil dan
aku lemparkan berkali-kali sampai terkena temanku. “Na, aku berhasil melempar
kerikil di kepalanya Vino” aku mengucapkannya dengan sangat bangga. Selama ini
aku sangat benci banget sama ketua kelas yang sombong sekali dan suka
memerintah aku. Mentang-mentang aku wakil ketua kelas harus mengikuti semua
yang dia suruh. Nana hanya tersenyum manis kepadaku dan ahirnya Vino juga
membalas melempar, namun tidak ada satupun yang kena.
Saat memutari ka’bah aku terjatuh karena mukenahku
tersangkut besi dan mukenahku kotor semua. Aku hampir menangis karena aku takut
karena mukenahnya kotor jadi alasan buat tidak sholat. Waktu itu aku murid
baru, jadi datang kepadaku “lho, Safira kenapa? Mukenahnya kok kotor semua, kan
jadi gak bisa buat sholat” Bu Ilmi bertanya kepadaku dengan nada halus seperti
biasanya. “saya habis jatuh bu, mungkin nanti saya akan bergantian sholat
dengan teman saya yang mukenahnya masih bersih, saya tidak apa-apa kok Bu” aku
menjawab dengan memberikan senyuman terbaik untuk Bu Ilmi. “ya udah, hati ya
kalau gitu” Bu ilmi juga membalas senyum. Dan aku membalas dengan anggukan dan
tetap senyum.
Aku menggandeng tangan Nana untuk masuk ke kelas dan
tidur-tiduran di sana. “Na, capek
banget nih habis manasik haji habis ini masih sholat dhuhur, kamu sholat a?”
aku bertanya kepada Nana dengan posisi tidur. “aku halangan Fir”. Aku yang tau
Nana sedang halangan ahirnya juga memutuskan buat ikut gak sholat dhuhur juga
dengan alasan halangan, Nana sempat marah-marah kepadaku dan menyuruh aku
sholat dengan meminjamkan mukenahnya kepadaku, tapi aku malas karena tidak ada
temannya untuk sholat bersama.
Saat semua selesai sholat dan dari tadi aku hanya menggosip
dengan teman-temanku, saat-saat ditunggu-tunggu telah tiba. Ahirnya aku dapat
jatah makan dan minum dari sekolah. Aku paling senang sekali karena aku sangat
kelaparan setelah beraktivitas. Ketika aku membuka nasi bungkusan ternyata
isinya sayur-sayuran dan ayam goreng. Aku paling tidak suka dengan
sayur-sayuran mulai kecil dan makanan yang pedas. Aku ahirnya hanya memakan
nasi dan ayamnya. Sayurnya aku buang seperti biasanya. Temen-temenku meledekku
karena tidak suka sayur dan Nana tetap saja membelaku seperti biasanya.
“udahlah, Fira kan memang dari kecil nggak suka sayur, jangan memaksa Fira buat
makan sayur-sayuran daripada dia nanti muntah-muntah” Nana membentak
teman-temanku yang meledekku dari tadi. Seketika kelas langsung menjadi hening.
Semua anak berebut kamar mandi untuk mandi, bahkan sampai
ada yang pulang kerumahnya untuk mandi. “eh Na, temen-temen allay banget deh
masa gak betah sih gak mandi setengah hari ajah” aku menatap Nana dengan bibir
manyun. “emangnya kamu Fir, kamu kan udah biasa gak mandi” Nana tertawa
terkekeh-kekeh dengan teman-teman yang lain. “loe jangan buka aib gue disini
deh” aku berbisik dengan muka yang ditekuk-tekuk. Pada ahirnya, aku, Nana,
Wiwin, dan Meme tidak mandi karena males mengantri. Teman-teman di kelas pada
lepas jilbab, beda dengan aku dan teman-teman yang tetap menggunakan jilbab.
Waktu magrib berkumandang semuanya sedang menuju mushola,
termasuk aku. Aku mau sholat karena ada Wiwin yang ikut sholat dengan aku.
Semua anak sholat berjama’ah termasuk aku. Hingga semua selesai sholat, semua
anak berkumpul di halaman sekolah untuk persiapan pesta lampion, semua anak
unjuk diri dengan lampionnya. Banyak sekali lampion yang unik, ada yang dari
bola plastik kemudian dilubangi dan diberi lampu warna warni, ada juga yang
membuat bentuk aneh-aneh pita-pita untuk memberikan kesan imut peda lampion.
Lampion milikku juga gak kalah hebat dengan lampion milik temen-temenku yang
aku desain dengan sinar warna merah dan biru yang menyala secara bergantian dan
tutup yang terbuat dari tempat nasi berbentuk bunga yang aku satukan dengan
sedikit hiasan untuk memberikan kesan lebih menarik.
Semua anak berbaris dan berjalan satu persatu untuk keluar
dari gerbang, aku sempat melihat anak laki-laki dengan wajah yang sangat
menarik, kemudia dia membawa lampion yang sangat sederhana. Dia berdiri
menyendiri dibalik pohon di depan ruang
guru. Ahirnya aku tidak begitu meperdulikannya karena semua harus berisap dalam
bentuk barisan, tiba-tiba laki-laki itu juga ikut berbaris di depan. Semua
berkumandang mengucapkan takbir dimana-mana dengan menyalakan lampion, aku yang
di samping Nana tersenyum melihat Nana secara diam-diam dan menggenggam tangannya
begitu erat. Aku sangat menyayangi Nana, kami teman mulai SD, dia selalu
menjagaku dan aku juga selalu menjaganya. Bahkan aku selalu ada bersamanya,
seperti gula dan semut, dimana ada gula, disitu ada semut. Dimana ada Nana,
disitu ada aku. Nana sangat manis, apalagi di bawah sinar rembulan dan ditemani
dengan kemilau lampu lampion di bawah bintang-bintang. Aku merasakan sangat
beruntung mempunyai Nana, walaupun dia selalu cuek dengan aku, tapi sebenarnya dialah yang
paling perhatian denganku. Aku sering mengejeknya, namun dia tetap saja diam.
“Na, sampai kapanpun aku selalu bersamamu, aku sangat
sayang denganmu” aku mengucapkan kata-lata itu dengan sangat pelan, hingga aku
menyadari hanya aku saja yang akan mendengar kata-kata itu. Tiba-tiba aku bertemu
ayah dan ibuku saat lewan di depan rumahku. Ayah dan ibuku memberikan aku
makanan dan minuman, aku sangat malu dilihat teman-temanku. Teman-temanku
mengira aku seperti anak kecil yang masih dibekalkan dengan orang tuaku dan
dimanja-manja. Ahirnya aku menolak makanan dan minuman itu. Aku beranjak
menjauhi ayah dan ibuku.
Saat semua tiba di sekolah, aku langsung tiduran diatas
karpet di kelas, tapi setelah itu aku sholat isya’ dulu. Saat sholat isya’
hanya sedikit anak yang sholat karena memang kecapekan, dan aku memberanikan
diri untuk sholat sendiri. Setelah sholat, semua tidur. Tetapi masih ada anak
laki-laki yang iseng mengetuk-ngetuk jendela kelas lewat parkiran. Semua
teman-teman yang cewek pada marah-marah dan ahirnya memanggil Pak Rofiul dan melaporkannya. Ahirnya semua berada di
dalam kelas, tidak ada yang keluar. Saat lampu dimatikan, aku saat takut. Aku
tidak terbiasa tidur dalam gelap. Ahirnya aku tidak bisa tidur, bahkan Nana,
Wiwin, dan Meme juga tidak bisa tidur. Ahirnya aku dan teman-teman nyoba
iseng-isengan lihat teman-teman yang lagi tidur. Ekspresi mereka lucu-lucu,
bahkan ada yang mendengkur, berpelukan sesame cewek, tidurnya muer-muter, sampai yang nggelidur juga ada. Akun
semalaman gak tidur dan nggemil makanan terus sampai pagi. Banyak canda tawa
yang terjadi. Sampai snagking seringnya aku nggomong sampai di kasih roti biar
aku diam.
Keesokan harinya aku sholat idhul adha di sekolah dengan
teman-teman. Hal yang paling aku tunggu-tunggu. Semuanya berkumpul untuk
sholat, sebelum sholat idhul adha aku mandi dahulu dan mengantri agak lama,
karena aku ingin benar-benar suci saat sholat. Ketika semua sedah selesai
sholat aku bersiap-siap untuk pulang. Semua kenangan indah terukir saat itu.
Mulai dari kesialanku yang jatuh saat manasik haji sampai gemerlap lampion yang
indah yang aku habiskan dengan temanku. Semuanya menjadi suatu kenangan tak
terlupakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar